Minggu, 14 September 2014

Gaya atau Corak Karya Seni Rupa Murni Indonesia

Gaya seni rupa murni Indonesia memiliki keunikan dan keragaman yang sejalan dengan kebudayaan dan peradaban manusia. Masing-masing periode zaman memiliki ciri berkesenian yang berbeda. Di Indonesia, gaya atau aliran dalam seni rupa murni dapat dibagi, antara lain gaya primitif, gaya klasik, dan gaya modern.

1. Gaya primitif
Karya seni zaman primitif bersifat alami dengan media sederhana seperti lukisan yang ditemukan pada dinding gua. Gaya seni primitif juga tampak pada seni patung pedalaman, misalnya pada patung-patung tradisional di Papua, Suku Dayak di Kalimantan, serta di Toraja. Karya- karya pahat tersebut cenderung statis dan berbeda dengan seni pahat di Jawa, Bali, dan Sumatra yang dinamis dan dekoratif, karena dipengaruhi budaya Hindu, Buddha, dan Islam.

2. Gaya klasik
Gaya seni rupa klasik merupakan peninggalan dari periode Hindu, Buddha, dan Islam. Peninggalan zaman Hindu-Buddha, antara lain berupa bangunan candi, seni hias, patung, dan relief. Karya seni rupa yang dihasilkan pada zaman Islam umumnya bercorak dekoratif dan stilasi. Warisan budaya seni rupa Islam berupa arsitektur bangunan masjid, seni hias kaligrafi, seni ukir, seni pahat batu nisan, serta batik dan wayang.

3. Gaya modern
Karya seni rupa murni yang bermunculan pada zaman modern, antara lain seni bangunan, seni patung, dan seni lukis. Beragam aliran seni rupa yang berkembang di Eropa pun mulai populer di Indonesia. Aliran dalam seni rupa yang berkembang di Indonesia tersebut, di antaranya sebagai berikut.
a. Romantisme, yaitu ciri lukisan yang menggambarkan adegan dramatis serta kaya perpaduan warna kontras. Tokoh aliran ini di Indonesia dipelopori oleh Raden Saleh.
b. Naturalisme, yaitu ciri lukisan yang mengambil objek keindahan alam. Sekumpulan pelukis aliran naturalis di Indonesia diawali adanya kelompok Moi Indie, antara lain Rudolf Bonnet, Le Mayeur, Locatelli, Abdullah Soerjo Soebroto, Basoeki Abdullah, Wakidi, dan R.M. Pirngadi.
c. Realisme, yaitu ciri lukisan yang penggambaran objeknya sesuai keadaan yang sebenarnya. Tokohnya ialah Trubus, S. Sudjojono, Agus Jaya Suminta, Dullah, Tarmizi, dan Suromo.
d. Impresionisme, yaitu ciri lukisan bertemakan alam yang dibuat secara langsung dan cepat, berdasarkan kesan pencahayaan, garis, dan warna. Tokoh aliran ini ialah Zaini dan Affandi.
e. Ekspresionisme, yaitu ciri lukisan yang penggambaran bentuknya cenderung menyimpang dari wujud aslinya. Lukisan ini merupakan hasil ungkapan perasaan pelukisnya yang dibuat secara spontan. Tokohnya ialah Affandi, Rusli, dan Srihadi Sudarsono.

Sumber : Wikipedia

f. Abstrak, yaitu ciri lukisan hasil ungkapan batin pelukisnya dengan bentuk penggambaran objek yang tidak dikenali lagi (hanya pelukisnya yang tahu). Pelukis aliran abstrak ialah Nashar, Fajar Sidik, Handrio, Hans Hartung, Zaini, dan A. D. Pirous.
g. Klasikisme atau Dekoratif, yaitu ciri lukisan yang penggambaran bentuknya dibuat sedemikian rupa (dengan penggayaan) sehingga terkesan indah dan elok. Tokoh aliran ini ialah Kartono Yudhokusumo dan Amri Yahya.
h. Pointilisme, yaitu ciri lukisan yang dibentuk dari kumpulan titik warna, dan jika dilihat dari jarak tertentu membentuk lukisan yang realistik, ekspresif, dan artistik. Pelukis aliran ini ialah Rijaman dan Keo Budi Harijanto.
i. Kontemporer (masa kini), yaitu suatu aliran seni rupa gaya baru yang mengutamakan kebebasan berekspresi, dinamis, serta tidak terikat aturan-aturan seni klasik. Teknologi masa kini yang dipadukan dengan seni merupakan ciri khas gaya kontemporer. Seniman aliran ini ialah S. Prinka, Jim Supangkat, Nyoman Nuarta, dan Angelina P.


(Margono, Tri Edy & Aziz, Abdul. 2010. Mari Belajar Seni Rupa. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional)

0 komentar:

Posting Komentar

Tautan

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Path Gmail